Archive for Desember 2018

Kalau bisa diukur dengan bucinmeter, pasti delta yang terjadi antara bucin gue waktu di Jakarta pas sama sekar dan ketika sudah di Surabaya pasti menimbulkan hasil yang besar banget. Bucin gue di Surabaya sepertinya telah menimbulkan jejak sendiri di jalan keputih, gebang, mulyosari, jalan menuju marvel mall, jalan menuju galaxy mall, jalan menuju tunjungan plaza, ktt hutan bambu, bme dan masih banyak lainnya yang tidak bisa saya ingat dan juga jalanan lain yang dihasilkan dari salahnya pembacaan google maps oleh kita bedua. Sekar ini orangnya kalau di motor diem-diem aja kalau gak diapa-apain alias responsive bukan proaktif hii. Kalau gak dipegang tangannya nanti diem-diem aja, kalau gak diajak ngomong nanti diem-diem aja. Saking pasifnya kalau dijalan kadang gue suka kasih kode yang sampai sekarang mungkin masih belum bisa dia mengerti wkwk. Ya dari penjelasan tadi aja sudah menjelaskan sekali ya tidak mungkin sekar peluk saya kalau lagi motoran. Tapi boong. Sekar ini semakin mendekati dini hari semakin erat pelukannya. Biasanya dia masukin tangannya ke kantong hoodie hitam yang juga pemberian dari dia (iya gue Cuma ngasih sepatu doang yang price tagnya lupa dilepas, goblok emang) terus suka ngomong gajelas yang gue denger cuma ubo..uboo…ubooo (99x) wkwk. Kalau hujan eh dia malah gamau jas ujan malah nyuruh bablas ckck, efeknya waktu itu ialah kita basah kuyup dan ngegembel di pelataran KFC sambil makan sup krimnya yang mantepp poll. Motoran sendiri bisa menjadi momen yang paling mengasyikkan dan juga bisa menjadi momen tempat meluapnya amarah kita berdua. Mulai dari pengendara lain yang nyetirnya macam orang lulus UN yang sangat sembrono dalam hal belok membelok (serius Surabaya pengendaranya lebih caur dibanding bekasi dan Jakarta), salah jalan yang menimbulkan kebetean saya (selaw kokkk gua betenya paling lama 1 menit, bete pas muter balik kalo salah jalan soalnya L. Dan yang terakhir ialah sekar yang ingin mengendarai motor saya ckckck. Untuk kasus terakhir boleh dicoba sensasinya karena campur aduk antara bahagia, takut jatoh, dan cepet-cepet ingin bayarin lunasan motor. Gadeng.

Walaupun gue suka motoran dengan sekar tapi gua pengen juga dong bisa naik mobil. Biar bisa di storyiin gitu sama sekar terus guanya sok-sok candid anjing gitu deh.

Kenapa ya gua sama Arini masih bisa kontakan dan temenan bahkan sahabatan untuk kadang menceritakan problem-problem kita yang terjadi dan saling bertukar solusi sedangkan kita semua tahu bukan sesuatu yang lumrah dua orang yang pernah saling menyakiti bercengkrama lagi, right? Hubungan gua sama Arini pun sejujurnya sudah tidak lagi dekat dikaitkan beberapa factor yang tentunya masalah etika baik guanya ataupun arini. Ya kalau mau dijawab simple ya karena arini adalah sahabat gue dari kelas 10 dulu dari perkenalan yang freak banget dan obrolan-obrolan aneh yang terjadi sampai ketemulah titik bahwa gue dan arini memiliki banyak persamaan yang membuat kita bisa saling memahami dan mengerti kondisi masing-masing yang kadang berefek buruk karena samanya sudut pandang kita. Sekarang arini udah punya cowo yang sangat cocok dengannya dan dia pun bahagia dengan perlakuan cowonya, well bahagia banget gue bisa melihat sahabat gue bisa merasakan cinta lagi tanpa merasa kesakitan dan overthinking di setiap langkahnya. Arini sendiri pun bilang bahwa dia sudah menjadi orang berbeda ketika gue dekat dengannya dulu saat di bangku SMA. Semua cerita-cerita dia entah kenapa selalu gue tangkap dengan perbandingan buruk sikap gue ke dia pada saat masih bersama dia. Ya gue gak nyangka aja orang yang berprinsip selalu ingin terlihat menyenangkan dan berbuat baik kepada orang lain justru sangat iblis saat bersama orang terdekatnya. Jujur gue sendiri masih suka takut bakal ngulangin kesalahan yang sama dengan sekar saat ini, ya u kno men brengseknyanya seseorang gaada yang bisa duga. Tapi dengan masih dekatnya gue dengan Arini justru gue malah bingung dengan orang-orang yang langsung memutuskan hubungan dengan mantannya ketika kata putus terlontar. Sebenci itukah mereka? Sebesar itukah kesalahan mereka? Tapi setelah gue tanya ke sekar tentang hal ini dia bilang itu sebagai salah satu langkah melupakan sang mantan dan melupakan memori baik indah maupun buruk yang masih bersamanya. Dia pun bilang sendiri ke gua bahwa “misal” kita udah gabareng lagi dia bakal menjauhi kehidupan gue atau sesuatu yang ada kaitannya dengan gue. Setelah dia bilang gitu, gue seruput kembali sup kfc yang krim, lalu pegang tangannya dan meleyehkan diri di meja sebagai simbolik gue gamau pisah sama dia. Iya romantis gue sebatas itu doang emang.

Halo kar

Semester satu sudah kelar ya? Gimana rasanya Surabaya sejauh ini? Masih nyamankah kau tempati? Atau sudah sempit ingin kau hindari. Tenang saja kar aku akan terus memberimu ruang sendiri seperti yang kau sukai, dengan kepercayaan yang aku punya terhadapmu aku selalu menaruh iman kepadamu layaknya kata-kata yang selalu kita pegang bersama soal masing-masing dari kita adalah zona nyaman yang saling melengkapi, malam yang selalu memberkati, dan dua insan saling mendoakan tak kunjung henti. Aku telah banyak membuat luka di sekujur kondisimu yang sekarang hingga rasa malu berkaca pernah menjadi temanku menjelang tidur, luka yang yang aku tak tau kamu ketahui atau tidak tapi tentunya dengan kepercayaan yang telah kau bangun kepadaku pasti perihnya hanya mengasap di batin kecilmu. Aku selalu memikirkan bagaimana jika engkau mengetahui diriku lebih dalam hingga proses pembuatan luka itu merajut erat setiap dilanda kekecewaan oleh subjek bernama angan cinta. Bagaimana rasanya diriku dengan egoisnya menjadikan sebuah keibaan menjadi kompetisi. Bagaimana bobroknya diriku merasakan ketidakberuntungan saat sedikit hembusan konflik membayangi hariku. Aku selalu ingin terbuka padamu dengan segala kondisi dan peristiwa yang terekam seluruh indra dari ragaku, aku selalu ingin berdongeng mengisahkan legenda terbaik yang pernah hadir dalam hidupku, aku selalu ingin berbagai mimpi apa yang mengemis untuk diraih di ekor mataku. Selalu kar. Tapi sepertinya tidak sekarang, belum bisa. Mengapa kar? Selalu ada batas yang entah dikonstruksikan oleh siapa hingga cerita-cerita itu tak pernah masuk ke dalam saraf-sarafmu. Gengsi mungkin salah satu material utamanya. Diriku sebagai yang tuan yang kau bilang ingin hidup bersama belum bisa dibukakan oleh kisah pribadimu, tercelakah aku jika ingin mengetahui ada apa sebenarnya yang terjadi dalam hidupmu yang tak ingin kau tunjukkan ke kamera? Kau masih belum bisa terbuka kar. Aku merindukan percakapan dini hari yang salah satu diantara kita dengan lancangnya mengalahkan nyanyian serangga hingga tertetes kejujuran di setiap sastra yang keluar.

About Me

Ukasyah NH

Popular Posts

Labels List Numbered

Blog Archive

Pages

Instagram