Assalamualaikum
kawan RC semua, kali ini gue akan menulis topik sesuai judul yaitu setempuh,
buat yang belum tau setempuh itu artinya sama-sama menempuh. Penasaran? Langsung
baca aja tulisan berikut.
Gue
terinspirasi salah satu orang yang sekarang sedang menjalankan dua profesi
sekarang ini yaitu sebagai komik atau seorang stand-up comedian atau komedi
tunggal dan juga bekerja sebagai kuli. Udah kebayang kan belum gue bakal
ngomongin siapa? Yups, kang Didi.
Komika yang
sekarang sedang berkompetisi di ajang Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) season 7
ini memang memiliki persona yang jarang dimiliki oleh komik-komik lain di
Indonesia bahkan bisa dibilang di dunia ini. Didi sering sekali menceritakan
berbagai peristiwa berdasarkan sudut pandang seorang kuli yang miskin, yang
tentunya dikemas dengan delivery yang pas sehingga membuat kita tertawa mendengarnya.
Mungkin teknik yang digunakan Didi lebih sedikit dibanding komika lainnya di
SUCI 7, tetapi keistimewaan Didi menurut saya adalah di setiap minggunya
penonton akan penasaran bagaimana materi yang akan disampaikan kang Didi
menurut cara pandangnya.
Lalu, bagaimana
tanggapan gue terhadap cara pandang kang Didi serta persona dia ketika diatas
panggung? Menurut gue kang Didi ini terlalu cerdas untuk menjadi seorang kuli,
bayangkan saja dengan dia yang tidak pernah mengikuti komunitas Stand Up Comedy
dan juga pengalaman open mic yang jarang, dia bisa dengan cepat beradaptasi dan
langsung membuat pakde Indro memberikan dia Kompor gas di show ketiganya. Materi
yang disampaikannya pun menurut gue nyantol banget sama dia, susah buat ditiru
bikin personanya makin kuat di atas panggung.
Apa alasan gue
buat tulisan ini?
Dengan melihat
kang Didi yang mempunyai kemampuan luar bisa sebagai komika gua mulai merasa
bahwa sebagai manusia janganlah lagi kita merendahkan seseorang hanya karena
profesinya. Dengan hadirnya kang Didi di ajang ini, tentu akan memotivasi
kuli-kuli lain atau profesi-profesi lain yang kita anggap rendah untuk
memperbaiki taraf hidupnya.
Melalui tulisan
ini, gue juga mau bilang stop meremehkan pekerjaan orang lain, tentu kita
sering bercanda dengan teman kita dengan percakapan yang mungkin seperti ini:
“Ahh nanti kalo
gua galolos ujian mandiri gimana? Masa gua jadi kuli?”
“Jangan kebanyakan
bercanda pas lagi belajar bro, lu gede mau jadi kang ojek?”
“Badan doang
digedein, belajar kaga pernah, mau jadi satpam lu?”
Coba bayangkan
anda seorang kuli atau ojek atau satpam kemudian mendengar per
cakapan itu,
gimana? Merasa terhina ga?
Buat para orang
tua stop juga menasehati anak-anak anda ketika melihat pemulung, satpam, kuli
atau pekerjaan fisik lainnya dengan kata-kata seperti ini:
“Lihat dek,
kalo adek belajar gabener nanti adek bakal jadi kayak dia” menunjuk pemulung
Kalimat di atas
penuh dengan aura negative yang tentunya membuat anak-anak anda jadi memiliki
pemikiran negative terhadap profesi-profesi itu seperti kuli itu cuma kuat
angkat barang doang, satpam cuma bisa jaga tempat dan berbagai profesi lain
yang kita cap hanya mengandalkan fisik saja tanpa memerlukan kecerdasan otak.
Tidak peduli
apa profesi dia, kita harus tetap menghargai apa yang telah mereka lakukan dan
bagaimana dia bisa menjadi profesi tersebut karena baik kuli ataupun dokter,
satpam ataupun insinyur, semuanya sama-sama menempuh pembelajaran untuk
mencapai itu. Tidak ada yang tidak terpelajar diantara profesi-profesi itu.