Aip guys, balik lagi bersama gue di ruangcandramawa.blogspot.com. Kawan
candramawa pada suka sama olahraga sepakbola gak? Kalau suka, tulisan gue kali
ini bakal pas banget buat kalian karena gue akan membahas tentang sebuah tim
yang dikenal sebagai tim bersejarah yang belum mampu mengukir sejarah kembali
serta terkenal dengan celotehan mereka “Next year will be our year”. Tim
tersebut memiliki slogan YNWA (You’ll Never Walk Alone) dan merupakan tim
kebanggan kota Merseyside serta kebanggaan kopites di seluruh dunia termasuk
gue. Apalagi kalau bukan The Reds atau nama resminya Liverpool FC atau kalau lu
main PES, lu bisa menemukan tim ini dengan nama Merseyside Red.
Liverpool
FC merupakan tim tersukses inggris sebelum dibalap perolehan gelarnya oleh
Manchester United. Dengan delapan belas gelar juara liga inggris, lima gelar
liga champions, tiga gelar liga eropa dan masih banyak gelar lainnya yang jika
dijumlah, Liverpool memiliki 41 gelar dari berbagai macam kompetisi. Sayangnya,
Liverpool masih kesusahan dalam meraih kesuksesannya kembali, terbukti dari
hanya meraih satu gelar bergengsi terhitung dari tahun 2010 hingga saat ini.
Ditambah dengan beban yang dipikul The Reds yang belum pernah memenangkan trofi
liga inggris di era premier league, hal itu sangat ironi karena rival-rival
Liverpool lainnya yang tergabung dalam big four silih berganti dalam mengangkat
piala liga singa, bahkan tim diluar keempat tim tersebut sanggup memenangkan
liga inggris dengan cap sebagai tim kejutan seperti Leicester City dan
Manchester City (Kejutan uangnya).
Liverpool
FC terus melakukan berbagai upaya untuk bisa kembali ke performa terbaiknya
ketika memenangi berbagai gelar, upaya yang dilakukan pun beragam mulai dari
membeli pemain potensial, memakai pelatih dengan kemampuan tinggi, hingga
gonta-ganti direktur olahraga pun sudah dilakukannya bahkan hingga beberapa
kali. Sayangnya, upaya tersebut belum berhasil dengan sempurna karena gelar
yang tak kunjung didapatkan. Masih terkenang bagaimana terplesetnya legenda Liverpool,
Steven Gerarrd ketika melawan Chelsea yang membuyarkan peluang terbesar
Liverpool untuk juara liga inggris. Belum juga kekalahan yang diterima ketika
beberapa kali bertanding di laga final bahkan dua kali di tahun yang sama
(2016).
Pertanyannya,
mengapa si Merah mulai tak terarah dalam perburuan berbagai gelar bergengsi? Berikut
adalah beberapa opini penulis yang dirangkum dalam bentuk per poin.
- · - Kedalaman skuad yang masih kurang
- · Penggunaan formasi dan pola permainan yang monoton bahkan ketika pelatih sudah berganti
- · Mental medioker ketika melawan tim papan tengah dan papan bawah (terbukti dari rajinnya Si Merah sedekah poin ke tim lain)
- · Kurang beraninya manajemen untuk membeli pemain world class
- · Kebijakan transfer yang sering membeli pemain tidak pada posisi yang dibutuhkan (Terjadi di musim ini yang kekurangan bek tetapi menumpuknya geladang)
- · Pembinaan pemain muda yang masih kalah dibanding tim lain seperti MU atau Chelsea
Walaupun memiliki segudang
permasalahan baik ketika kompetisi atau internal klub, tapi Liverpool patut
berbangga memiliiki pendukung yang setia dengan moto YNWA. Di setiap
pertandingan baik home ataupun away, lagu YNWA tidak pernah absen
didengungkan di hamparan stadion untuk memberikan semangat dan membuat gentar
para tim lawan, efek yang paling terlihat jelas adalah ketika pertandingan
Liverpool vs Dortmund dan ketika Final UCL tahun 2005 ketika Liverpool vs Milan
yang kedua pertandingan tersebut berhasil membuat dunia kembali mengingat
Liverpool sebagai tim dengan mental juara yang tinggi .
Liverpool sekarang
Memulai
season baru yang sudah dimulai sejak
bulan Juni 2017, The Reds justru mengalami berbagai pengalaman pahit seperti
seri di pertandingan pertama, dibantai lima-nol oleh Manchester City, dan
kehilangan beberapa pemain krusial karena cedera dan hukuman bertanding akibat menendang
wajah kiper lawan. Tidak adanya Finishing touch dan rawannya pertahanan
ditenggarai menjadi kambing hitam sulitnya Liverpool untuk mendapatkan
kemenangan musim ini. Rekrutan terakhir merekea, Alex-Oxlade Chamberlain justru
menjadi bulan-bulanan netizen di dunia terkait dengan performanyanya yang tidak
sesuai dengan harga yang digelentorkan, ada juga yang menghubung-hubungkan
datangnya Chambo (Panggilan Chamberlain) sebagai pembawa sial bagi klub si
merah yang di musim ini makin tak terarah.
Gue penggemar Liverpool
Sesi
yang ini lebih personal yups, kenapa seorang Ukasyah NH merupakan
penggemar Liverpool? Pertanyaan ini sering gue dengar semenjak Liverpool mulai
menjadi tim penunggu musim depan alias gak juara-juara. Sama seperti
seorang ateis yang sedang mencari agama mana yang paling dia yakini benar, gue
pun sempat gonta-ganti pilihan klub sepakbola yang ada di hati gue, dimulai
dari suka Birgmirham karena ada Emile Heskey, suka Vittese karena logonya yang
unik, sampai suka espanyol karena ada De La Pena. Ganti-ganti klub terus
berlangsung sampai gue kelas satu SMP. Tepatnya setelah Liverpool juara Carling
Cup. Abang gue yang suka Liverpool mengajak gue menonton final yang mempertemukan
Liverpool dan Cardiff. Final pun mesti ditentukan lewat drama adu penalti dan
gue ngerasain bener-bener namanya deg-degan, dari ngumpet dibalik bantal
ketika penlati Liverpool gagal, sampai teriak ketika penendang terakhir Cardiff
gagal mengeksekusi penalti dengan sempurna. Reina meloncat berbahagia, stadion
memecahkan ketegangannya, pita suara terjepit besarnya hegemoni, seluruh
kopites di dunia bergelora. Kemenangan sempurna untuk mengawali perjalanan
sebagai salah satu fans terloyal di dunia.
Jadi,
gue menjadi fans Liverpool karena memang passion gue ada di Liverpool,
karena kesenangan dan kesedihan gue bisa ditentukan oleh klub ini, dan karena
klub ini yang menunjukkan kegerahan ketika merah tak memiliki arah.
Salam
candramawa!