Halo kawan candramawa semua!
Sudah empat bulan lamanya gue memasuki
kehidupan sebagai pelajar kelas dua belas, dan selama itu juga gue sudah
pensiun mengonsumsi seblak. Gue gaada dendam khusus kepada seblak, mba-mbanya
atau bahkan nenek penjual somay. Gue hanya ingin hidup dengan perut yang lebih
sehat yang tidak menimbulkan gejolak ketika memasuki istirahat kedua, yaa kabar
baiknya adaptasi selama empat bulan ini berjalan normal. Gue mulai mengalihkan
makanan favorit ke jamur pentol atau ibu-ibu di samping mie Jack. Mumpung
kesebut mie Jack, gak lengkap kalau enggak ngomongin si Jacknya sendiri yang
merupakan penjual terlama di kantin SMA Negeri 81 Jakarta bersama Pak Syafei
atau yang dikenal sebagai Pak De Poipce. Seperti yang kita tahu, Jack memiliki
produk bernama “Nampol” yaitu sebuah mie ayam yang dicampurkan dengan sedikit
mie biasa yang akan membuat porsi anda bertambah tetapi tetap dengan harga yang
terjangkau tentunya. Gue gaakan bahas lebih lanjut soal mie dari si nampol itu
sendiri, karena gue akan lebih mendalam membahas kecerdikan Jack dalam memilih
nama untuk produk yang dia hasilkan.
Bayangkan lu ingin membuat hidangan makanan
yang menampilkan mie ayam dan mie biasa sebagai bahan bakunya dengan bumbu mie
ayam seperti biasanya tapi lu ingin nama hidangan ini nempel di otak seluruh
konsumen di wilayah lu. Kira-kira lu bakal kasih nama hidangan lu itu apa?
Yakin gue kata pertama atau kedua atau ketiga mungkin, lu gabakal pilih kata
nampol. Mungkin lu sempat kepikiran kata kerja sebagai trademark dari hidangan
lu, tapi bukan nampol kan pasti yang terlintas pertama. Belum lagi, kalau
disatuin ketika konsumen memesan. Dengan kata nampol, Jack bisa memangkas kata
yang harus diucapkan ketika memesan menjadi hanya dua kata yaitu “Jack Nampol”
dan Jack sudah mengerti apa yang harus dia lakukan.
Kita sudahi obrolan kita soal Nampolnya
Jack, selanjutnya gue akan membahas tentang nama blog ini yang merupakan inti
pokok dari tulisan yang kali ini gue publish. Ruang candramawa, gue
yakin kalian semua sudah mengerti apa arti kata pertama. Tapi mungkin kata
kedua masih belum familiar di mata atau kuping atau alat indera kalian lainnya.
Candramawa, mungkin yang terlintas di benak kalian itu sejenis burung endemik,
atau juga pasukan penjaga presiden atau karakter di sebuah game berjenis moba. Selaw
aja, gue juga tadinya gatau apa arti kata sebenarnya dari candramawa. Awalnya
bermula dari keisengan atau lebih tepatnya kegabutan gue untuk mengecek kata apa
saja yang jarak kita gunakan sehari-hari di KBBI. Mulai dari nyenyat (Sunyi),
tulat (besoknya lusa), dan sampailah gue di kata Candramawa. Langsung dah tuh gue
carilah kata itu di KBBI online. Ternyata memang kata Candramawa itu ada, yang
artinya menurut kbbi.web.id yaitu hitam bercampur putih. Begitu baca terpesonalah
gue, namanya jarang orang tahu, susunanan suku katanya unik dan juga artinya filosofis
banget untuk bisa dikembangin. Dengan semangat di sisa akhir semester empat,
buatlah gue blog ini dengan nama yang didaftarkan adalah ruangcandramawa.
Begitu selesai, jadilah gue punya blog pribadi yang gue niatkan untuk
menyalurkan efek banyak omong gue.
Di depan laptop senyumlah gue sendiri
sambil menguapkan rasa geli terhadap kata candramawa. Gue buka tab baru di
sebelah tab blog ini, gue search kata candramawa mengharapkan blog gue yang
muncul setidaknya masuk ke top dua puluh pencarian. Ternyata tidak ada juga,
pergilah gue ke google image dan terkaget dengan hasil yang ditampilkan. Kok
kucing semua ya? Merasa heran, gue pun kembali membuka tab kbbbi.web.id yang
disitu tertulis
candramawa/can·dra·ma·wa/ a hitam bercampur putih
(tentang warna bulu kucing)
Pangsit, gue lupa baca keterangannya. Secara
tidak langsung gue memberi nama blog gue dengan salah satu unsur dari hewan
yang gue tidak suka. Ya, gue gasuka kucing dari dulu. Cerita bermula ketika gue
dan sepupu gue yang juga tetangga gue memelihara seekor kucing kampung di
pekarangan rumah, waktu itu gue belum tk sekitar empat tahunan mungkin, kucing
itu beranak dan mempunyai 4 anak yang warnanya satu putih, satu hitam, dua
candramawa atau campuran gitu. Tentukan berapa peluang terambilnya kucing
putih dalam pengambilan tiga kucing
tanpa pengembalian. Gue memilih yang
warna candramawa dengan warna dominan hitam. Besoknya, keempat anak kucing itu
hilang bersama induknya, gue mulai kesel sama sifat php kucing, ditambah
malamnya gue mimpi buruk tentang kucing (ceritanya abstrak mending gausah)
semenjak itu gue gasuka kucing.
Candramawa memiliki arti sendiri menurut
gue, makna hitam bercampur putih sering terlihat dalam kehidupan nyata. Terkadang
kita melakukan keburukan diselingi dengan kebaikan atau juga sebaliknya. Seseorang
yang mendapatkan soal ulangan mtk minat tetapi berbagi ke teman-temannya adalah
contoh dari melakukan keburukan diselingi kebaikan. Posting foto di Instagram
tentang ikut dalam suatu kegiatan, tapi dihapus setelahnya karena mendapatkan
likes sedikit juga termasuk dalam penerapan filosofi candramawa. Guru sekolah yang menawarkan bimbel miliknya
kepada muridnya di kelas tentunya masuk juga ke penerapan filosofi candramawa.
Karena Candramawa berbicara tentang warna
bulu kucing, ya tentunya ada hal menarik dari situ terlepas dari kecerobohan
gue tidak memperhatikan keterangan itu. Kucing adalah salah satu hal spesial yang
bisa mendekatkan gue dengan beberapa orang yang gue punya sekarang ini. Berulang-ulang
gue nyatakan gue gasuka dengan kucing, tapi terkadang justru hewan ini yang gue
jadikan topik untuk lebih dekat dengan mereka. Mulai dari dengerin cerita soal
kucing hilang, dengerin voice note suara kucing pas zaman pakai BBM, sampai
mengantar anak kucing ke klinik karena matanya sakit sudah gue lakukan dengan
ikhlas walaupun ada rasa geli dan takut yang menganggu.
Herannya juga, terkadang ketika manusia
memutuskan untuk melakukan suatu perubahan yang sifat dan efeknya berdampak
baik, tapi masih saja ada orang yang tidak suka dengan perubahan tersebut dan
merespon perubahan tersebut dengan sesuatu yang buruk. Selalu saja ada hitam
bahkan ketika semua ilmu dan nalar bilang itu putih. Gausah jauh-jauh contohnya
ada di dalam negeri. Ketika presiden melakukan pembangunan di sana-sini serta
melakukan blusukan yang menghabiskan banyak waktu di setiap harinya masih
dibilang pencitraan. Oiya hampir lupa, ada juga lho yang sebaliknya, yang
ketika nalar bilang itu hitam tapi masih ada saja yang bilang itu putih. Kasus papah
yang sedang ramai saat ini memang membuat kita sebal, tapi masih ada lho yang
dukung papah, bahkan masih bangga ketika namanya muncul di televisi.
Itulah kehidupan, ruang bagi tercampurnya
dosa dan pahala, ruang tercampurnya kebaikan dan keburukan, ruang tercampurnya
hitam dan putih, ruang candramawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar