Gue sedikit banyak tercerahkan
tentang kenapa gue menulis. Betul kata Fiersa Besari, gue terlalu egois di dunia
ini, egois untuk tidak dilupakan dunia, teman, dan juga hening. Gue tidak ingin
ketika gue pergi nama gue hanyalah menyendiri di batu nisan dan ucapan keturnan
gue. Alasan yang sama kenapa gue berkarya di segala hal.
Gue juga belajar dari Tere
Liye tentang ceritanya mengenai burung pipit, penyu dan pohon kelapa. Ketika ditanya
tentang pengalaman mereka bertiga setelah mereka bernjanji berpisah di pantai
paragtritis untuk mengelana tiga tahun yang lalu Burung pipit menjadi yang
pertama bercerita tentang kehebatan dirinya dalam mengendalikan sayapnya untuk
terbang ke penjuru Indonesia. Mulai dari bumi pasundan hingga Surabaya telah
dia jelajahi langitnya. Penyu pun begitu jua, ceritanya menjelajahi samudra
dari berbagai arus laut hingga benua Australia telah memukau burung pipit dan
juga pohon kelapa. Sekarang giliran pohon kelapa, dia pun menyadari kondisinya
yang statis dan mulai mengutuk dirinya sendiri. Tapi kemudian dia teringat akan
kemampuannya bertunas dari buahnya. Dirinya yang berada di pinggir pantai
parangtritis telah menelurkan berbagai pohon kelapa di berbagai belahan dunia.
Dari buah yang jatuh ke laut,
buah itupun terombang ambing arus laut hingga ke pesisir pantai Surabaya,
Australia, da juga kawasan lainnya. Cerita kelapa cukup membuat burung pipit
dan penyu terpesona. Ternyata pohon kelapa yang selama ini mereka melihat baik
di sepanjang pasundan sampai Surabaya ataupun di benua Australia ternyata
berasal dari temannya.
Gue pengen jadi pohon kelapa.
Abaikan saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar