Tragedi Salaman Ariq




Seperti yang kalian udah tau, gue sekolah di SMP 252 (dulidu) Jakarta hanya selama dua tahun dan satu tahunnya lagi gue ditransfer ke SMP 139 (tugalan), bukan gue doang yang ditransfer melainkan segenap rakyat dulidu numpang di tugalan. Dengan demikian lengkaplah sudah gue tiga tahun masuk siang waktu smp. Di tahun pertama seluruh anak kelas 7 emang masuk siang semua karena keterbatasan gedung, pas mau naik kelas 8 pakai sistem ambil dari kocokan (gangerti lagi gue siapasih yang idein pake kocokan) Akhir kelas 8 udah di depan mata, tiba-tiba ada pengumuman dulidu ingin direnovasi dan akan menumpang tugalan. Hal yang gue ingat setelah gue mendengar kabar itu adalah gue pergi ke setiap bilik toilet di dulidu dan mengencinginya dengan membabi buta sebagai bentuk pelampiasan.

Gue pengen menceritakan sedikit bagaimana  jalannya kehidupan pelajar yang menumpang di sekolah serta masuk siang. Gue bangun pagi, melakukan aktivitas pagi layaknya mamalia lain, menonton kartun yang ada di global tv kemudian marathon acara yang ada di trans 7 sampai jam 10 pagian. Mulai dari spotlite, makan besar, terus kadang-kadang balik global tv buat nonton obesesi pagi (yha maklum ya saya tidak ingin ketinggalan info terbaru dari para pemain cinta fitri).

Nah enaknya masuk siang entah kenapa waktu mengerjakan pr berasa menjadi lebih banyak, mungkin karena ada pilihan mau ngerjain pagi atau malam sebelumnya, tentunya gue mengambil yang pagi karena malam gue sibuk menonton mahabrata bersama orangtua. Setelah mengerjakan pr seadanya gue kemudian pergi ke bimbel (ya saya sudah menjadi budak bimbel semenjak kelas 9 smp) gue gamau sebut namanya tapi intinya maju bersama tuhan lah pokoknya. Ketika pergi ke bimbel gue sangat bersemangat karena mantan gue dulu satu gedung sama gue bimbelnya jadi bisa boncengan kalau pulang, melihat brosur bersama, dan saling bertukar kertas binder.

Selanjutnya gue anter mantan gue hanya sampai gang rumahnya karena gue takut ketauan keluarganya, pulang kerumah, melakukan aktivitas layaknya mamalia lain ketika ingin berangkat sekolah, kemudian berangkat ke smp tugalan. Gue naik motor tapi hanya dari rumah sampai BSI kalimalang untuk menitipkan motor gue ke satpam bernama Ridwan dengan upah 3000 rupiah, lanjut dengan naik angkot 29 dan sampailah gue ke permukaan gang tugalan yang disamping FamilyMart.

Mari gue deskrpsikan rupa tugalan, tugalan mempunyai empat lantai, satu lapangan, dan penjual soto yang hiperaktif. Juga mempunyai masjid yang menjadi basecamp bagi anak-anak dulidu menunggu sampai anak tugalan keluar dari gedungnya (gue punya basecamp sendiri bernama dojay kapan-kapan akan gue tulis sesi khusus untuk dojay) kiblat masjidnya miring dan tempat wudhunya pakai teknologi yang memungkinkan ditembus dari berbagai arah. 

Di kelas 9 gue semeja  bersama lelaki bernama Ariq Leuditya Furqon yang sering gue panggil Ariq tapi teman-teman dojay gue panggilnya buriq ataupun palkon (ya furqon sama palkon beda dikit). Ariq ini sosoknya kurus, rambutnya tipe mekar gitu layaknya brokoli overcook di restoran seafood 88, dan gila bola khususnya Manchester city. Ariq adalah orang pertama yang gue tau sejak awal bertekad pengen masuk jurusan IPS dan jadi pengusaha, waktu itu gue ledekin pas dia bilang mau jadi pengusaha, tapi sekarang gue jadi ketularan dan pengen jadi pengusaha juga (waktu dan tempat dipersilakan yang ingin mengaminkan).



Gue inget banget gue pernah kesel ama dia gara-gara ulangan TIK. Jadi waktu itu gue ragu-ragu sama satu nomor kan terus gue nanya sama Ariq jawabannya apa, kata Ariq jawabannya A tapi seinget gue jawabannya D. Karena gue ragu-ragu dan mukanya Ariq polos banget gue jawablah A, ketika hasil ujian dibagikan, gue salah satu dan salahnya di nomor yang tadi, pas gue tanya kj yang benernya apa jawabannya D pangsit. Terus gue puasa ngomong ama Ariq dibarengi sok-sok an marah tapi besoknya ngomongin liga inggris lagi ama doi. Tipikal anak smp banget berantemnya.

Oke gue udah cukup panjang cerita tentang latar belakang gue di tugalan dan si Ariq mari masuk ke tragedi salaman Ariq.

 Suatu hari gue sama Ariq jalan bareng menuju kelas gue di lantai 2 gedung tugalan, pas di lorong berpapasan lah kami sama guru tugalan cowok badannya tinggi keatas dan juga kesamping serta memakai peci. Gue yang udah dijarak 10 meteran bisik-bisik ama Ariq

“Eh ini salim ga?” Tanya gue
“Gausahlah, gakenal juga kan” kata Ariq
“Udah salamin aja” ujar gue dengan bijak
“okelah”

Pas jalan emang posisi Ariq lebih deket sama tuh guru jadi yang salim pertama jelas dia. Si Ariq membuka telapak tangannya serta menundukkan kepala layaknya gestur salaman dan si guru tugalan juga telah senyum membuka telapaknya menyambut tangan Ariq EHH GAKETEMU ANJIR TANGAN MEREKA BERDUA, GAK SALAMAN LOH PADAHAL UDAH SEJAJAR lewat aja gitu tapi masih dalam gestur salaman,  gue yang dibelakang Ariq malah bisa salim ama tangan tuh guru sambil ketawa-tawa. Ariq masih shock tangannya gak diraih ama tuh guru dan gurunya masih senyum-senyum aja ketika jalan ngelewatin kita berdua. Setiap inget tragedi ini gue ketawa mulu gatau karena muka gurunya yang cengengesan ngeselin atau fakta mereka gagal salaman padahal dua-duanya udah ngeluarin gestur salaman.

Entah jin apa yang telah memisahkan genggaman tangan mereka berdua tapi setidaknya Ariq belajar bahwa mengenggam tangan lelaki paruh baya berpeci tidaklah mudah.




Ukasyah NH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

Instagram