Sawah membentang
Sawit menjulang
Kodian industri berlalu lalang
Dan kau memilih menjadi jalang
Kau yang meneriakkan perubahan
Yang menjual ucapan serta kepercayaan
Kau sendiri juga yang mereotkannya
Dengan muslihat yang kokoh diantara pondasinya
Apa?
Kalian meragukan kuatnya pondasi itu?
Ayolah realistis, bahkan dengan bongkahan dari dasar
neraka pun ia tetap tegap
Sesama penghuni neraka tidak akan saling menghancurkan
bukan?
Oiya yang kau teriakkan itu tidak terdengar sama
sekali
Bukan,
bukan karena kami tidak mau mendengar
atau teriakkanmu kurang lantang
Yang kau teriakkan itu impoten
Suara kencang tak ada gagasannya
Tapi tak apa
Kencangnya teriakkanmu masih memekak di jagat media
kok
Gagasan-gagasan itu ingin menyendiri, kau perlu tahu
itu
Menjauh dari pelukan kepentingan Engkau
Menghindar dari kedipan kamera
Menciut di antara segelintir rakyat
Kita menepi di bumi selalu menengadah
Kami mendongak menelisik payung yang kau hibahkan
keapada kami
Engkau mendongak memandang kekuasaan yang kami
hibahkan setulus hati
Iya, sama seperti pada barter pada umumnya
Sesuatu ditukar dengan sesuatu yang sama harganya
Kecuali Anda cukup terdidik uutk menjadi sutradara
andal
Mengelabui pemuka-pemuka kami
Kemudian menjadikan kolonimu sebagai tokoh protagonis
Dan kami hanya orang ketiga sebagai pengamat
Payung yang kau hibahkan itu semu
Kau memberi kami payung agar kami tidak kehujanan dan
menggigil karenaya
Kecuali Anda memelajari seni hidup menjadi manusia
brengsek
Kemudian mengetahui
Bahwa hujan yang turun adalah penghidupan dan
menggigil adalah kebebasan.