Mau nanya nih gue, ketika lu
lagi liat story ig orang yang sedang melakukan hal-hal produktif, seberapa
besar sih lu menyesal akan kegabutan yang lu ciptakan hanya untuk hari itu. Damn,
banyak banget men. Ketika gue lihat Pandji sang juru bicara, mr world tour, dan
komik tersukses di Indonesia tetap menulis setiap malamnya untuk mencari
materi-materi baru, ketika itu juga gue pergi ke kamar mandi, melihat sosok gue
sendiri dan meludahinya sebagai bentuk pemberontakan.
Mengisi waktu dengan membaca,
menonton, dan mendengar kisah orang-orang sukses. Cmon little enha jangan
bohongin diri sendiri. Lihat kisah Elon musk git uterus lu terinspirasi mau
buat sesuatu? Engga, lu malah bolak-balik buka ige, buka extra time di line dan
mencari video-video NBA lama. Betapa wacananya saya ya mas-mas sekalian. Eh gue
keinget sesuatu
“iya nanti kalo dapet undangan
nanti bakal belajar bahasa asing, belajar main alat musik, magang biar dapet
penghasilan sendiri.” Demikianlah omongan gue di buan februari ketika ditanya
teman sekelas.
Gue mengetiknya setelah
seharian bermain 2k dan pergi ke lagoon menemani cewek yang secara status hanya
teman, menonton incredible, dan melakukan hal-hal yang diinginkan di bioskop. Diantara
omongan gue di bulan februari itu bahkan belum ada yang progresif, bahkan untuk
bertumbuh ke arah yang baik gue susah. Gue terjebak dalam kegiatan-kegiatan
semu dan bertumbuh menjadi kotoran dari sesuatu yang bernama waktu.
Betapa wacana gue yang entah
berapa kali mengucap janji kata-kata cinta yang gue banggakan akan
keorisinilanya dan gue sendiri yang membanting kebahagiaan lu dan beranjak
pergi seakan pergi untuk melatih kinerja dari janji-janji tersebut. Dari smp
gue udah wacana bahkan ketika ditanya apakah gue akan melindungi dirinya apa
gak. Gue jawab iya dan bahkan gue yang menjadi penyerang pertama yang
menghancurkan hatinya. Brengsek, sori gue terbawa emosi.
Belum lagi wacana-wacana gue
kepada Sang Pencipta, dosa, dosa, dosa bahkan menambahkan tanda koma diantara
kata ‘dosa’ sudah pujian karena ditindakan aslinya mungkin itu gaada jedanya
ckck.
Maksud wacana di sini itu ‘omdo’
ya bukan selayaknya wacana yang di kbbi. Kenapa gue tulisnya wacana bukan kbbi?
Ya karena di depan cermin itulah yang gue katakana kepada diri gue sendiri. Kenapa
gue menulis ini dan tidak melakukan hal-hal yang sudah gue wacanakan? Karena sekarang
hal-hal itu bukan wacana atau omdo doing kawan. Tulisan ini masuk ke dalam
bentuk progresif dari wacana yang gue kemukakan.
Tapi gue masih bangga loh
masih bisa berwacana, dengan gue berwacana berarti gue masih bisa membuktikan
betapa tidak omdonya saya ke muka bumi ini.
Abaikan saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar